Pertanian modern senantiasa mencari solusi berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk meningkatkan hasil panen sekaligus mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia yang berbahaya. Dalam konteks ini, Teknologi Nuklir muncul sebagai alat yang revolusioner, khususnya melalui teknik yang dikenal sebagai Teknik Serangga Mandul (Sterile Insect Technique atau SIT). SIT adalah metode pengendalian hama biologis yang memanfaatkan radiasi ionisasi untuk mensterilkan serangga hama jantan, yang kemudian dilepaskan secara massal ke lingkungan untuk kawin dengan serangga betina liar. Perkawinan ini tidak menghasilkan keturunan, sehingga secara progresif menekan dan bahkan menghilangkan populasi hama di suatu area. Pendekatan ini menawarkan alternatif yang sangat spesifik dan efektif, jauh berbeda dari metode penyemprotan kimia yang berdampak luas.
Proses penerapan Teknik Serangga Mandul (SIT) dimulai di laboratorium pembiakan serangga massal. Hama target, seperti lalat buah (Bactrocera dorsalis) yang merusak buah-buahan ekspor, dibiakkan dalam jumlah besar. Pada tahap pupa atau dewasa awal, serangga jantan dipisahkan dan kemudian dipaparkan pada dosis radiasi gamma yang telah dikalkulasi secara presisi. Sumber radiasi yang umum digunakan adalah isotop seperti Kobalt-60. Dosis radiasi ini cukup untuk membuat serangga jantan mandul—artinya mereka tidak dapat menghasilkan keturunan—tetapi tidak cukup untuk merusak kemampuan mereka untuk terbang, bersaing, dan kawin secara normal. Teknologi Nuklir menjamin bahwa proses sterilisasi ini efisien dan konsisten.
Setelah disterilkan, jutaan serangga jantan mandul ini dilepaskan menggunakan pesawat atau drone di area target. Pelepasan ini harus dilakukan secara teratur dan dalam jumlah yang jauh melebihi populasi serangga liar. Di Indonesia, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), sebelum peleburannya menjadi bagian dari BRIN, telah melakukan riset intensif dan uji coba lapangan SIT. Salah satu studi kasus yang berhasil dilakukan adalah pengendalian hama lalat buah pada perkebunan mangga di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Program pelepasan serangga mandul dilakukan secara berkala setiap hari Selasa pagi selama enam bulan, dari April hingga September 2023. Menurut laporan akhir studi, populasi lalat buah di area percontohan berhasil ditekan hingga di bawah ambang batas ekonomi (95%) yang memungkinkan peningkatan hasil panen mangga yang siap ekspor.
Pemanfaatan Teknologi Nuklir melalui SIT ini memiliki keunggulan lingkungan yang signifikan. Karena SIT hanya menargetkan spesies hama tertentu tanpa melibatkan bahan kimia, metode ini tidak merusak musuh alami serangga hama (predator atau parasit) dan tidak meninggalkan residu berbahaya pada hasil panen atau lingkungan. Ini menjadikannya solusi ideal untuk pertanian organik dan memenuhi standar keamanan pangan internasional yang semakin ketat. Implementasi dan pengawasan program SIT seringkali melibatkan koordinasi lintas sektoral. Misalnya, izin pelepasan serangga mandul harus disetujui oleh Kementerian Pertanian setelah melalui pemeriksaan ketat oleh ahli karantina dari Badan Karantina Pertanian (Barantan), yang memastikan tidak ada risiko pelepasan serangga non-target. Ini menunjukkan bahwa Teknologi Nuklir adalah bagian integral dari strategi ketahanan pangan dan keberlanjutan pertanian di masa depan.